Penulis: Nurul Fadhillah S.
Ujian skripsi menjadi momok yang menyeramkan bagi banyak mahasiswa tingkat akhir. Sebelum sampai pada ujian skripsi, kamu harus melalui yang namanya ujian proposal dulu nih, Unifers. Nah, untuk kamu yang sudah paham sama topik penelitianmu sih mungkin aman ya. Tapi gimana sama teman-temanmu yang masih kebingungan?
Kami sudah membuat beberapa tips menemukan topik penelitian yang menarik pada artikel bulan Juni 2021 kemarin. Kalau masih bingung, kamu pun bisa melihat artikel yang berisi Panduan Singkat Mengerjakan Skripsi biar kamu tidak perlu sampai 4 tahun di kampus.
Kalau sudah tamat sama dua artikel itu, sekarang silakan baca artikel ini. Kami akan memberikan kamu beberapa bocoran pertanyaan yang biasanya sering muncul saat kamu ujian proposal. Hati-hati, salah menjawab nanti kamu malah membuat pengujimu makin ragu sama penelitianmu sendiri. Tenang, selain menjabarkan pertanyaan, kami juga bakalan ngasih panduan buat kamu menjawabnya kok. Jadi baca sampai selesai ya!
Pertanyaan 1: Kenapa Memilih Topik ini?
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan andalan semua penguji. Jadi, siapa pun penguji pertama yang bertanya tentang penelitianmu, sudah bisa dipastikan akan menanyakan ini. Kalau kamu pikir kembali, penguji sebenarnya hanya ingin melihat apakah kamu mampu mempertahankan pilihanmu dengan mengambil topik penelitian tersebut.
Sebagaimana yang kami kutip dari Penerbitbukudeepublish.com, cara pertama untuk menjawab pertanyaan ini adalah jangan sampai kamu grogi dan panik. Bernapaslah terlebih dahulu sebelum menjawab. Setelah itu, jawab dengan mantap mengapa topik tersebut yang kamu pilih.
Kamu bisa memulai dengan mengapa topik ini menarik buatmu. Jika perlu, sebutkan data pendukung yang kamu temukan saat pra penelitian. Setelah itu, kamu pun bisa loh menyebutkan gap penelitian yang terdahulu. Misal, kamu meneliti personal branding seorang selebgram melalui akun Instagramnya. Kamu bisa membangun argumenmu dengan menjelaskan bahwa dulu personal branding hanya digunakan oleh politikus dengan menggunakan media konvensional. Sering perkembangan zaman, sekarang penelitian terkait media sosial terutama personal branding penggunanya bisa menjadi topik yang menarik dan kekinian. Ingat, inti dari gap penelitian adalah topik apa yang sudah diteliti orang dan topik apa yang belum dengan urgensi yang jelas.
Apa Sumbangsih Penelitianmu Pada Ilmu Pengetahuan?
Karena ini masih proposal, dosen penguji akan membuatmu goyah dengan berbagai pertanyaan yang menjebak. Jika kamu terkecoh, sudah bisa dipastikan kamu tidak bisa mempertanggungjawabkan penelitianmu. Kamu tidak ingin seperti itu, bukan?
Pertanyaan kedua yang sering muncul berkaitan dengan sumbangsih penelitianmu nantinya pada ilmu pengetahuan. Misal nih karena kamu suka main game Mobile Legend misalnya, kamu mau meneliti interaksi penggunanya secara virtual. Nah, ketika penguji bertanya padamu, tolonglah jangan menjawabnya secara subjektif. Jangan menjawab bahwa karena kamu suka main game ini, maka kamu menelitinya. Jangan! Pastikan kamu menghindari jawaban semacam itu.
Lantas gimana cara menjawabnya? Sederhana saja. Mulailah dengan penjelasan bahwa teknologi hari ini berkembang begitu pesat. Kini orang-orang dimungkinkan untuk bermain game dengan melakukan interaksi secara virtual dengan teman mainnya. Menjadi menarik adalah bahwa, interaksi ini bisa jadi berbeda dengan interaksi dua manusia di dunia nyata.
Sebagaimana yang kami kutip dari Uin-malang-ac.id, sumbangsih penelitianmu dengan ilmu pengetahuan bisa kamu jawab dengan lugas. Jadi, kamu bisa bilang bahwa penelitian ini merupakan karya keilmuan yang berusaha menggambarkan pokok permasalahan, menjelaskan kondisi yang mendasari munculnya peristiwa, memberikan penyusunan teori berdasarkan suatu peristiwa, dan bahkan mampu memberikan proyeksi ke depannya seperti apa.
Mengapa Kamu Memilih Metode Penelitian ini?
Pertanyaan ketiga yang paling sering muncul saat kamu ujian proposal adalah alasan kamu memilih metode penelitian tersebut. Metode penelitian secara umum dibagi menjadi dua, yaitu kualitatif atau kuantitatif. Sebagaimana yang dikutip dari Profesi-unm.com, beberapa perbedaan dari kualitatif dan kuantitatif bisa dimulai dari desain dan tujuan penelitian, analisis data, istilah subjek penelitian, cara memandang fakta, paradigma penelitian, hingga pengumpulan data.
Paradigma penelitian kuantitatif berpegang pada positivisme, dimana penedekatan ini melihat bahwa realitas berada dalam kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam. Jadi rata-rata kalau kamu lihat, penelitian kuantitatif akan banyak berpedoman pada pengungkapan kebenaran realitas, menguji teori, dan memperlihatkan bahwa semuanya berjalan.
Sementara di sisi lain, sebagaimana dikutip dalam Ub.ac.id, kualitatif menggunakan paradigma post positivisme, dimana para penelitinya percaya bahwa manusia tidak mungkin mendapat kebenaran dari realitas jika tidak terlibat langsung. Banyak sekali perspektif yang bisa digunakan dalam kualitatif, misalnya perspektif kritis dalam membedah suatu fenomena. Kemunculan teori baru pun dimungkinkan dalam paradigma ini.
Bagaimana Jika Informan atau Responden Menolak?
Pertanyaan keempat ini mungkin menjadi pertanyaan yang cukup sulit buatmu, tapi pertanyaan yang juga bisa jadi muncul saat ujian proposal. Sederhananya, penguji akan bertanya padamu beberapa risiko ketika kamu turun ke lapangan untuk memulai penelitian. Salah satunya adalah, bagaimana jika informan atau respondenmu menolak untuk membantu?
Kalau kamu menggunakan metode kualitatif, kamu akan menyebut subjek penelitianmu dengan informan. Sebaliknya, responden adalah sebutan bagi subjek penelitian kuantitatif. Ingat, disebutnya subjek ya karena mereka manusia. Jangan menyebut objek sebab manusia tidak bisa diobjektifikasikan seperti benda-benda. Lanjut.
Sebagaimana yang dikutip dar Uin-malang.ac.id, subjek penelitian adalah orang yang akan memberikan banyak informasi kepada kita sebagai peneliti. Namun, jika yang bersangkutan memina untuk merahasiakan informasi personal, kita sebagai peneliti harus menjaga dan menjamin keselamatannya.
Jadi apabila penguji bertanya akan kemungkinan informan atau respondenmu sulit diajak bekerja sama, penting bagimu meyakinkan mereka bahwa kamu sudah melakukan pra penelitian—dengan salah satunya meminta kesediaan mereka membantumu. Manajemen risikomu dalam penelitian ini bisa dilihat dari caramu menjawab.
Nah Unifers, itulah tadi informasi yang bisa kami berikan. Semoga bermanfaat, dan ingat, tidak ada orang yang lebih tahu pada penelitianmu dibanding dirimu sendiri. Persiapkan diri dan tegakkan tatapanmu. Jawab semua pertanyaan penguji dan buatlah mereka merasa menyesal karena meragukan apa yang kamu tulis. Semangat!
Referensi
Karim, Ridwan. (2021). 6 Pertanyaan Sulit yang Sering Muncul di Sidang Skripsi dan Tips Mengatasinya. Penerbitbukudeepublish.com, dilihat 17 Januari 2022, https://penerbitbukudeepublish.com/pertanyaan-yang-sering-muncul-di-sidang-skripsi/
Khotimah, K. (2020). Penelitian Kualitatif atau Kuantitatif? Mahasiswa Wajib Tahu Perbedaannya!. Profesi-unm.com, dilihat 7 Januari 2022. https://profesi-unm.com/2020/11/06/penelitian-kualitatif-atau-kuantitatif-mahasiswa-wajib-tahu-perbedaannya/
Rahardjo, Mudjia. (2010). Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Uin-malang.ac.id, dilihat 17 Januari 2022, https://www.uin-malang.ac.id/r/100301/penelitian-dan-pengembangan-ilmu-pengetahuan.html
________________. (2013). Etika Penelitian. _______________, dilihat 17 Januari 2022, https://www.uin-malang.ac.id/r/131101/etika-penelitian.html
Wijayaningsih, R., Mufaidah, K. (2012). Pendekatan Kuantitatif Umum dan Pendekatan Kualitatif Umum. Ub.ac.id, dilihat 17 Januari 2022, https://fia.ub.ac.id/rsc/info-kegiatan/pendekatan-kuantitatif-umum-dan-pendekatan-kualitatif-umum.html
Leave Comment